I.
PENDAHULUAN
Pada
sektor pertanian, agribisnis hortikultura yang meliputi komoditas sayuran,
buah-buahan dan tanaman hias berpeluang besar mengalami dampak liberalisasi
karena tiga hal yaitu :
1. Biaya input komersial seperti pupuk,
pestisida dan bibit pada usahatani hortikultura, terutama sayuran, relatif
tinggi dibandingkan komoditas pertanian lainnya. Konsekuensinya adalah,
liberalisasi perdagangan yang diantaranya berdampak pada penghapusan berbagai
subsidi faktor produksi akan meningkatkan ongkos produksi yang dikeluarkan
petani.
2. Komoditas hortikultura umumnya diusahakan
petani untuk dijual atau market oriented, bukan untuk konsumsi sendiri atau
subsisten. Konsekuensinya adalah petani hortikultura dituntut untuk lebih mampu
membaca peluang pasar dan menyesuaikan produksinya dengan preferensi konsumen
yang dapat berubah cepat akibat globalisasi informasi.
3. Kebutuhan konsumsi setiap produk hortikultura
umumnya bersifat dinamis akibat beragamnya jenis produk yang dikonsumsi, yang
saling berstubstitusi satu sama lain. Konsekuensinya adalah, jika produk
hortikultura lokal kalah bersaing dengan produk impor dalam kualitas
organoleptik (rasa, penampilan, tekstur, aroma dst.) maka produk hortikultura
yang diproduksi secara lokal dapat tergusur oleh produk impor.
Salah satu komoditas hortikultura
yang terkenal adalah tomat. Tomat tergolong sayuran buah yang digemari
masysrakat karena rasanya yang enak, segar dan sedikit asam. Tomat
mengandung zat gizi yang banyak dan berguna bagi kesehatan tubuh, antara lain
vitamin A, vitamin C dan vitamin B, protein, lemak, karbohidrat, serta mineral
tertentu. Dalam 100 gram buah tomat muda segar, terdapat protein 2 g, lemak 0,7
g, karbohidrat 2,3 g, kalsium 5 mg, fosfat 27 mg, besi 0,5 mg, vitamin A 320
Si, vitamin B1 0.70 mg, vitamin C 30 mg, dan energi 23 kal. Pada 100 gram buah
tomat masak segar terkandung protein 1 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,2 g,
kalsium 5 mg, fosfat 27 mg, besi 0,5 mg. vitamin A 1.500 Si. vitamin B1 0,60
mg, vitamin C 40 mg, dan energi 20 kal. (Direktorat Gizi Dept. Kesehatan RI,
1990). Buah tomat dapat digunakan sebagai buah meja, makanan, minuman, sayuran,
bumbu masak, bahan pewarna, bahan kosmetik dan obat-obatan. Akhir-akhir ini
buah tomat segar digunakan untuk membangkitkan selera makan bagi penderita aneroksia
(hilangnya nafsu makan akibat stress). Sedangkan karoten yang terkandung
di dalamnya, dapat menghambat perkembangan sel kanker. Mengingat fungsinya yang
multiguna, maka tidak mengherankan bila pengusahaan komoditi tomat tersebut
terus berkembang.
Peningkatan produksi tomat baik
di tingkat petani, maupun dalam perdagangan, belum cukup untuk meningkatkan
pendapatan petani, bila tidak dibarengi penanganan hasil yang baik pula. Buah
tomat tergolong komoditi yang mudah rusak (Very perishable). Kerusakan
buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan patologis yang
terjadi setelah buah dipanen. Kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap
tingkat kesegaran buah tomat sampai di tangan konsumen, sedangkan konsumen
menginginkan buah tomat diperolehnya dalam keadaan segar. Kerusakan kerusakan
tersebut selain berakibat menurunnya mutu fisik, juga menyebabkan
penurunan nilai gizi. Mengingat hal tersebut maka perlu segera dilakukan upaya
penekanan kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitasnya melalui perbaikan
teknologi penanganan pascapanen.
Untuk menghindari kerugian yang
besar bagi para petani dan pedagang tomat, sebaiknya dilakukan perbaikan
teknologi pasca panen. Penanganan pascapanen pada buah tomat dimulai dari
menentukan saat panen, cara panen, sortasi, pencucian, grading, pengemasan,
pengangkutan, penyimpanan dan pengolahan.
II.
PEMBAHASAN
2.1
Budidaya
Tomat
Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi
produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara
lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak
berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis
budidaya petani.
Tomat secara umum
dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi, tergantung varietasnya.
Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di
dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan
hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23°C pada siang hari dan 17°C
pada malam hari. Tanah yang dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang
banyak mengandung pasir. Dan, akan lebih disukai bila tanah itu banyak
mengandung humus, gembur, sarang, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman
tanah yang ideal untuknya adalah netral, yaitu sekitar 6-7.
Bibit tomat dapat
langsung diperoleh dari suplier atau disiapkan sendiri. Sebetulnya menyiapkan
sendiri benih tomat yang baik tidaklah terlalu sukar. Caranya adalah sebagai
berikut.
1. Buah tomat dipilih yang sehat, tidak cacat,
dan matang penuh dari varietas yang unggul. Buah yang telah dipilih selanjutnya
diperam selama tiga hari sampai warna buah berubah menjadi merah gelap dan
lunak. Kemudian bijinya dikeluarkan bersama lendirnya.
2. Biji beserta lendir difermentasi selama 3
hari sampai lendir dan airnya terpisah dari biji.
3. Biji yang telah terpisah tadi segera dicuci
dan dijemur selama kurang lebih 3 hari atau hingga kadar airnya kurang lebih
6%.
4. Biji yang telah kering dapat langsung disemai
atau disimpan. Bila telah diperoleh, sebaiknya benih disemaikan dahulu sebelum
ditanam pada bedengan yang tetap. Bedengan persemaian dibuat dengan ukuran
lebar antara 0,8-1,2 m dengan panjang sekitar 2-3 m, dan tinggi sekitar 20-25
cm. Jarak antarbarisan adalah 5 cm. Bedengan yang telah dibentuk diberi pupuk
kandang seminggu sebelum tanam sebanyak 5 kg per m2 dan pupuk Urea dua hari
sebelum tanam sebanyak 30 g per m2. Setelah bedengan persemaian siap diolah,
bibit tomat dapat segera disebar. Untuk satu ha pertanaman, benih yang
dibutuhkan adalah sekitar 300 – 400 gram. Pada persemaian diberi lindungan yang
dapat berupa atap rumbia atau pelepah pisang. Persemaian disiram setiap pagi
dan sore. Bila bibit telah mencapai tinggi antara 7-10 cm, yaitu dalam waktu 2
minggu setelah disebar, bibit itu dapat segera dipindahkan ke tempat
penyapihan. Penyapihan berguna untuk menyeleksi bibit yang bagus dan sebagai
latihan hidup bagi tanaman muda. Tempat penyapihan dapat berupa polybag atau
bumbung dari pelepah pisang. Bibit dibiarkan di tempat penyapihan sampai
berumur 1 bulan dengan tinggi sekitar 15 cm dan telah berhelai daun 3 atau 4.
Setelah itu, tanaman dapat dipindahkan ke tempat penanaman yang tetap.
Penanaman Sebelum penanaman dilakukan, sebaiknya lahan disiapkan dahulu. Lahan
yang telah dipilih segera diolah. Guna mencegah nematoda yang merugikan, kita
dapat memberikan Nemagon sebagai fumigan tanah 2 atau 3 minggu sebelum tanam.
Kemudian lahan itu dibuat bedengan dengan lebar antara 1,4-1,6 meter dan jarak
antarbedengan sekitar 20 cm. Lubang penanaman segera dibuat di atas bedengan
itu dengan luas sekitar 15-20 cm sedalam 70-80 cm. Agar tanah cukup subur,
perlu ditambahkan pupuk kandang sebanyak 0,5-1 kg untuk setiap lubang.
Banyaknya pupuk kandang untuk 1 ha lahan adalah sekitar 20-30 ton. Lahan yang
telah diolah sebaiknya didiamkan dahulu selama 1 bulan agar diperoleh cukup
sinar matahari, kemudian barulah digunakan. Selanjutnya bibit yang telah
disapih ditanam pada bedengan yang telah disiapkan dengan jarak antartanaman
sekitar 50-60 cm. Setiap bedengan berisi dua baris tanaman. Sehingga setiap ha
lahan dapat ditanami sebanyak 20.900-28.600 bibit.
Penyiraman tanaman
tomat hanya perlu dilakukan apabila keadaan cuaca menjadi sangat panas. Cuaca
panas menyebabkan tanah menjadi kering dan tanaman tidak cukup mendapat air
tanah. Penyiraman harus dilakukan dengan hati-hati agar air siraman tidak
mengenai daun dan buah tomat, tetapi hanya mengenai batang dan akar. Sebaliknya
pada saat musim hujan, di sekitar lahan yang ditanami tomat, harus dibuatkan
saluran drainase supaya air hujan dapat segera mengalir karena tomat paling
tidak tahan genangan air. Jika tanaman telah mencapai tinggi 25 cm, harus
dibuatkan tiang penahan. Untuk tomat yang tidak bercabang banyak, diperlukan
lanjaran tegak setinggi sekitar 1,5 meter. Sedangkan untuk jenis tomat
bercabang banyak, perlu dibuatkan lanjaran miring, pagar, atau para-para. Dua
minggu setelah bibit ditanam, dilakukan penyiangan dan pendangiran. Kegiatan
ini diulangi 3 minggu kemudian, yaitu saat tomat mulai berbunga.
Penyiangan dan
pendangiran harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak banyak akar yang
terpotong. Akar yang terpotong dapat menyebabkan batang menjadi layu atau buah
muda gugur. Tanaman tomat yang telah mempunyai lima dompolan buah harus dipotong
pucuk batangnya dan tunas-tunasnya agar buah dapat menjadi besar dan cepat
masak. Tinggalkan dua atau tiga tunas yang berada di samping atau di sebelah
bawah dompolan buah yang kelima itu. Dompolan yang berdaun atau berbuah lebih
perlu dipangkas dan dipetik agar tomat yang dikehendaki (lima dompolan) tidak
terhalang pertumbuhannya.
Selama pertumbuhan di
bedengan penanaman, tanaman tomat perlu dipupuk dengan Urea, DS, dan ZK.
Banyaknya pupuk setiap pohon 20 g dengan perbandingan 2:3:1 atau 100 kg Urea,
300 kg DS, dan 125 ZK setiap ha.
Pemupukan dilakukan dua kali, yaitu saat penyiangan
pertama (dua minggu setelah tanam) dan penyiangan kedua (setelah tomat berbuah
satu atau tiga dompolan). Pupuk diberikan di sekeliling tanaman dengan jarak sekitar
5 cm dan dibenamkan ke tanah sedalam 1 – 2 cm.
Panen tomat dilakukan
sesuai dengan tujuan pemasarannya sehingga perlu diperhitungkan lama perjalanan
sampai di tujuan. Sebaiknya tomat berada di pasaran pada saat masak penuh,
tetapi tidak terlalu masak atau busuk. Pada saat masak penuh itulah tomat
memperlihatkan penampilannya yang terbaik. Jika tujuan pemasaran adalah pasar
lokal yang jaraknya tidak begitu jauh, dapat ditempuh dalam beberapa jam, panen
sebaiknya dilakukan sewaktu buah masih berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan
untuk pemasaran ke tempat yang jauh atau untuk di ekspor, buah sebaiknya
dipetik sewaktu masih berwarna hijau, tetapi sudah tua benar. Atau 8-10 hari
sebelum menjadi masak (berwarna merah). Umur petik tergantung varietas tomat yang
ditanam dan kondisi tanaman. Umumnya buah tomat dapat dipanen pertama pada
waktu berumur 2 atau 3 bulan setelah tanam. Panen dilakukan beberapa kali,
yaitu antara 10-15 kali pemetikan buah dengan selang 2-3 hari sekali. Pemetikan
dapat dilakukan pagi atau sore hari. Dan, diusahakan buah yang dipetik tidak
jatuh atau terluka. Karena hal ini dapat menurunkan kualitas dan dapat menjadi
sumber masuknya bibit penyakit.
2.2
Pengolahan
Pasca Panen Tomat
Tomat termasuk
sayuran buah yang sangat digemari. Banyak sekali penggunaan buah tomat, antara
lain sebagai bumbu sayur, lalap, makanan yang diawetkan (saus tomat), buah
segar, atau minuman (juice). Selain itu, buah tomat banyak mengandung vitamin
A, Vitamin C, dan sedikit vitamin B.
Tomat maupun produk
pertanian lainnya merupakan hasil produksi petani yang dalam pemasarannya tidak
dapat di tentukan oleh produsen (petani). Hingga saat ini harga produk
pertanian selalu di tentukan atas kepandaian negosiasi pedagang dan konsumen,
selalu terjadi tawar menawar. Sangat berbeda dengan produk pabrikan dimana
pabrik yang menentukan harga setelah memperhitungkan jumlah biaya dan berapa
keuntungan yang dinginkan. Tomat
pada saat panen raya akan terjadi membludaknya produk di pasar, sedangkan
konsumen jika tidak karena keperluan tertentu
cenderung belanja stabil (biasa-biasa saja) sehingga harga tomat akan jatuh, maka saat itulah
petani perlu mengambil langkah agar tidak merugi seperti melakukan agribisnis
tomat pada subsistem pengolahan dengan mengolah tomat menjadi berbagai jenis
bahan makanan yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti saus tomat, manisan
dan selai.
2.2.1 Pengolahan Saus Tomat
Saos tomat dibuat dari campuran bubur buah tomat dan bumbu-bumbu. Pasta ini berwarna merah muda sesuai dengan
warna tomat yang digunakan. Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan
saus tomat adalah :
1. Buah tomat. Buah tomat
yang digunakan adalah yang telah matang sempurna dan berwarna merah rata.
Jumlah 10 kg.
2. Bumbu. Bumbu-bumbu terdiri dari bawang putih giling (300 gram),
bawang merah giling (300 gram), merica bubuk (100 gram), kayu manis bubuk (30
gram), gula pasir putih bersih yang telah dihaluskan (2 kg), cabe giling (100
gram), dan garam halus (500 gram).
3. Pengawet.
Pengawet adalah senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba perusak
saus. Pengawet yang digunakan adalah senyawa benzoat dalam bentuk asam benzoat
(C6H5COOH) atau garamnya (sodium benzoat dan kalsium benzoat). Senyawa benzoat
dapat digunakan pada makanan dan minuman pada konsentrasi 400 sampai 1000 mg
per kg bahan. Untuk keperluan pengolahan
saos ini, jumlah asam atau
sodium benzoat yang digunakan adalah 8 gram.
4. Pengasam.
Pengasam digunakan untukmengasamkan atau untuk menurunkan pH saus menjadi 3,8~4,4.
Proses sterilisasi bahan yang ber pH rendah dapat
dilakukan dengan suhu mendidih (100°C) dan tidak perlu dengan
suhu tinggi (121°C). Asam juga bersinergi dengan asam benzoat dalam menekan
pertumbuhan mikroba. Jumlah asam yang diperlukan adalah asam nitrat sebanyak 20
gram.
Alat-alat yang digunakan adalah:
1.
Pisau perajang dan landasan
perajang.
2.
Penggiling rajangan tomat.
3.
Wadah pemasak saos.
4.
Kompor.
5.
Tungku.
6.
Penutup botol.
7.
Timbangan.
8.
Segel plastik..
Cara
pengolahan saus tomat adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan Saus
Tomat dicuci, bagian tangkai yang agak hitam dibuang kemudian
direndam dalam air yang telah diberi kaporit 10 ppm selama 10 menit. Setelah
itu, ditiriskan. Tomat digiling
atau diblender sampai halus sehingga diperoleh bubur tomat. Bubur tomat
dicampur dengan bawang putih, bawang merah, merica, kayu manis, garam, cabe,
asam sitrat dan asam benzoat. Kemudian diaduk sampai rata. Setelah itu dimasak
dan dibiarkan mendidih selama 20 menit dengan api kecil sambil diaduk-aduk. Setelah
itu ditambahkan gula pasir. Pendidihan dilanjutkan sambil diaduk selama 10
menit. Kemudian pengadukan dan pemanasan diterukan dengan api sangat kecil
sekedar mempertahankan bahan tetap panas. Pengemasan dilakukan pada saat saus
dipanaskan ini.
2. Pengemasan
Botol kaca yang bersih direndam di dalam air yang mengandung
kaporit 5- 10 ppm (5 sampai 10 gram kaporit per 1m3 air) selama 30 menit di
dalam wadah tahan karat. Botol disusun di dalam air peredaman tersebut dalam
kondisi terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai
mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar untuk memoertahankan air
perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu
tutup botol direbus di dalam air mendidih lain . Selama pengemasan, tutup botol
harus tetap berada pada air mendidih.
Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan
terbalik dengan menggunakan penjepit. Dengan bantuan corong, saus panas segera
dituangkan dalam botol. Botol hanya diisi sampai 4 cm di bawah mulut botol.
Setelah itu sebuah tutup botol yang sedang direbus segera diangkat, dipasangkan
pada mulut botol dan ditutup denganbantuan alat penutup botol. Pekerjaan ini
harus dilakukan secara cepat dan cermat. Proses di atas diulang sampai semua
saus terkemas dalam botol.
3. Sterilisasi
Botol yang sudah berisi saus dan tertutup rapat direbus di
dalam air mendidih selama 30 menit. Proses ini kana membunuh banyak mikroba
pembusuk yang dapat merusak bahan. Setelah itu, botol dikeluarkan dari air mendidih
dan disimpan dalam keadaan terbalik. Jika terjadi rembesan saus melalui tutup
botol, tutup harus dibuka dan dilakukan kembali penutupan dengan tutup yang
lain. Setelah itu botol ini harus disterilkan kembali.
4. Penyegelan
Setelah semua
saus dikemas di dalam botol,segel plastik dipasang pada mulut botol. Mulut
botol yang terpasang segel dicelupkan pada panas (90°C) beberapa detik sehingga
segel mengkerut dan menempel rapat pada mulut botol. .Proses terakhir adalah
menempelkan label pada bagian luar botol.
2.2.2 Pengolahan Selai Tomat
Selai
adalah bahan dengan konsistensi gel atau semi gel yang dibuat dari bubur buah.
Selai digunakan sebagai bahan pembuat roti dan kue. Konsistensi gel atau semi gel pada selai diperoleh dari interaksi senyawa pektin yang berasal dari buah atau pektin yang ditambahkan dari luar, gula sukrosa dan asam. Interaksi ini terjadi pada suhu tinggi
dan bersifat menetap setelah suhu diturunkan. Kekerasan gel tergantung kepada konsentarsi gula, pektin dan asam pada bubur buah. Bahan-bahan yang
digunakan dalam pengolahan selai tomat adalah:
1. Buah tomat. Buah tomat
yang digunakan adalah yang telah matang, warna merah merata, dan terasa kenyal
atau keras. Jumlah 10 kg.
2. Gula pasir. Gula pasir yang digunakan adalah gula pasir yang putih
bersih. Gula ini dihaluskan menjadi gula tepung. Penghalusan dapat dilakukan
denan blender. Dianjurkan jumlah gula yang ditambahkan sedemikian rupa sehingga
kadar gula pada selai adalah
67,5%. Jumlah 17,3Kg.
3. Air berkaporit 10 ppm. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 1,5 gram kaporit untuk
tiap 100 liter air bersih.
4. Pektin. Bahan
ini merupakan polimer asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan â -1,4
glikosidik. Sebagian gugus karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi
dengan metil (metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai
asam pektinat atau pektin. Asam pektinat ini bersama gula dan asam pada suhu
tinggi akan membentuk gel seperti yang terjadi pada pembuatan selai. Jumlah penggunaan: 60 gram atau
tergantung kepada kandungan pektin bubur buah.
5. Agar.
Agar merupakan senyawa alternatif pengganti pektin. Senyawa ini lebih mudah
diperoleh dan harganya lebih murah.Senyawa ini dapat membentuk struktur gel di
dalam air. Senyawa ini akan larut di dalam air panas. Struktur gel akan
terbentuk pada saat larutan didinginkan. Jumlah penggunaa: 60 gram atau
tergantung kepada kandungan pektin bubur buah.
6.
Asam.
Asam digunakan untuk menurunkan pH bubur buah karena struktur gel hanya
terbentuk pada pH rendah. Asam yang dapat digunakan adalah asam sitrat, asam
asetat, dan cairan asam dari perasan jeruk nipis. Jumlah penggunaan: 50 gram
jika menggunakan asam sitrat, dan 200 ml jika menggunakan cairan perasan jeruk
nipis.
Sedangkan
alat-alat yang dibutuhkan dalam pengolahan selai tomat adalah:
1.
Pisau
dan talenan
2.
Penggiling
rajangan tomat
3.
Blender
:
4.
Mesin
penggiling :
5.
Wadah
pemasak bubur :
6.
Kompor
:
7.
Tungku
:
8.
Botol
kaca selai
9.
Kantong
plastik :
10.
Alat
pemasang segel plastik :
11.
Segel
plastik
12.
Timbangan
Cara
Pengolahan selai tomat adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan selai.
Tomat dicuci bersih, bagian tangkal yang agak menghitam dibuang,
kemudian di rendam di dalam air yang telah diberi kaporit (10 ppm selama 10
menit). Setelah itu tomat
ditiriskan. Tomat digiling atau
diblender sampai halus sehingga diperoleh bubur tomat. Bubur tomat
dicampur dengan gula pasir halus dan pektin atau tepung agar, kemudian diaduk
sampai semua gula larut. Pengadukan dapat dilakukan dengan bantuan mesin
pengaduk adonan (mixer). Setelah itu bubur dipanaskan sampai mendidih.
Mula-mula digunakan api besar. Setelah mendidih, api dikecilakan untuk sekedar
menjaga agar bubur tetap mendidih. Pengadukan dilakukan terus menerus selama
bubur mendidih. Asam ditambahkan ketika bubur mendidih. Setelah bubur mendidih
selama 10 menit, api lebih dikecilkan untuk menjaga bubur tetap panas. Hasil
yang diperoleh disebut dengan selai
tomat.
2. Pengemasan:
Botol kaca yang bersih direndam di dalam air yang mengandung
kaporit 5- 10 ppm (5 sampai 10 g kaporit per 1 m 3 air) selama 30 menit di
dalam wadah tahan karat. Botol disusun dalam rendaman tersebut dalam posisi
terbalik. Setelah itu, wadah yang berisi rendaman botol direbus sampai
mendidih. Setelah mendidih api dikecilkan sekedar untuk mempertahankan air
perebus tetap panas. Kondisi ini dipertahankan selama pengemasan. Sementara itu, tutup botol direbus di dalam
air mendidih lain. Selama pengemasan, tutup botol harus tetap berada pada air
mendidih.
Sebuah botol dikeluarkan dari air mendidih dalam keadaan
terbalik dengan menggunakan penjepit. Selai
panas segera dituangkan ke dalam botol. Botol diisi hanya sampai 1 cm di bawah
mulut botol. Setelah itu, sebuah tutup botol yang sedang direbus segera
diangkat, dan dipasangkan pada mulut botol dengan kuat dan rapat. Setelah itu,
label dipasankan pada bagian luar botol. Botol disarungkan ke dalam kantong
plastik penyegel. Setelah itu botol dilewatkan atau diletakkan pada ruang panas
dari alat pemasang segel sampai segel plastik terpasang rapat.
III. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa komoditas hortikultura
khususnya tomat merupakan komoditas yang memiliki banyak manfaat baik itu untuk
tubuh manusia maupun dari segi ekonomi karena selain dapat diandalkan bagi
petani dalam produksi buah segar untuk konsumsi sehari-hari, tomat juga dapat
diolah menjadi berbagai jenis bahan makanan yang dapat memberikan penghasilan
tambahan tanpa harus terus mengandalkan harga jual tomat di pasar yang tidak
menentu.
3.2
Saran
Sebaiknya petani juga dapat dilatih dalam pengolahan
pasca panen agar saat panen raya tiba, harga hasil pertanian yang dapat
berubah-ubah dapat ditanggulangi dengan membuat suatu inovasi baru dari
pengolahan hasil pertanian.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2008. Teknik Penyimpanan Evaporasi Untungkan Petani Tomat. http://sumbar.litbang.deptan.go.id/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 di Makassar
Anonim. 2010. Agroindustri Pengolahan Produk Saos Tomat. http://indonagro.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 di Makassar.
Anonim. 2010. Agroindustri Pengolahan Selai Tomat. http://indonagro.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 di Makassar.
Irawan.
Bambang. 2010. Pdf. Agribisnis Hortikultura: Peluang dan
Tantangan dalam Era Perdagangan Bebas. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian:Bogor.
Plantus. 2008. Tanaman Tomat. http://anekaplanta.wordpress.com/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 di Makassar
Prabowo, Abror Yudi. 2007. Budidaya Tomat. http://teknis-budidaya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 23 Desember 2010 di Makassar
DILARANG KERAS MENCOPY POSTINGAN INI TANPA MENCANTUMKAN DAFTAR ISI DAN NAMA BLOG INI !!!
Tugas Individu
Mata
Kuliah Agribisnis Tanaman HortikulturaJur. Sosek Pertanian UNHAS
by: Fadliah Puput NZ-G31108003
No comments:
Post a Comment
please your comment.... thanks